
“Es krim itu nggak bikin gemuk, karena kontribusi es krim terhadap lemak dalam tubuh hanya lima belas persen,” begitu penjelasan Pak Imam, manajer Haagen-Dazs, pada acara Ice Cream Class yang diselenggarakan oleh majalah Intisari tanggal 30 Mei 2013 yang lalu. Acara santai tapi bermanfaat di sore hari itu digelar di gerai Haagen-Daasz Plaza Indonesia, dengan pembawa acara kawakan yang selalu tampil cool :D, juga redaktur majalah tersebut, mas Mayong Suryolaksono.

Intisari berbaik hati merayakan ulang tahunnya yang ke-50 (wah sudah setengah abad, yah!), melalui acara sarat ilmu yang menyuguhkan tentang seluk-beluk es krim berkualitas. Es krim berkualitas seperti Haagen-Dazs ini, menurut penjelasan Pak Imam harus memakai bahan-bahan yang 100% alami. Bahan-bahan alami yang dimaksud antara lain susu yang sudah di-pasteurisasi, gula murni, natural flavour tanpa pewarna dan tanpa pengawet. Es krim yang selalu dituduh menjadi biang kegemukan, ternyata justru mengandung zat flavonoid yang berfungsi mencegah pertumbuhan sel-sel kanker. Bahkan, dokter-dokter di rumah sakit biasanya menyarankan minum cairan yang dingin seperti es krim pada pasien pasca operasi amandel.

Pak Imam juga memberikan saran tentang tata cara penyimpanan es krim. Es krim sebaiknya disimpan dalam lemari pendingin bersuhu -14 hingga -17°C. Selain itu, apabila terjadi mati lampu hingga 5 jam, kemudian listrik kembali menyala, biasanya es krim akan berubah teksturnya menjadi seperti pasir. Nah, kalau sudah berubah tekstur seperti itu sebaiknya dibuang saja dan jangan diminum.
Meskipun namanya terdengar seperti bahasa Jerman, es krim Haagen-Dazs ini murni produk Amerika Serikat. Hebat ya, menciptakan namanya tidak terdengar norak walaupun sebenarnya tidak ada campur tangan orang Jerman sama sekali :D. Ia diciptakan oleh Reuben Mattus asal daerah Bronx, New York, pada tahun 1968. Pada saat itu es krim Haagen-Dazs baru ada tiga rasa, yaitu vanila, coklat, kopi. Produk ini kemudian diimpor ke Indonesia pada tahun 1995. Pabrik produksi Haagen-Dazs terdapat di 3 negara, yaitu Amerika Serikat, Jepang, dan Prancis di kota Arras. Nah, yang diimpor ke Indonesia adalah es krim yang diproduksi di Prancis. Haagen-Daasz pula yang menciptakan stickbar (itu tuh, es krim batangan) pada tahun 1986, yang kemudian diikuti merk-merk es krim lainnya.

Setelah pemberian materi, acara dilanjutkan dengan meracik 2 resep es krim a la chef Anwar, yang juga menjadi peramu menu-menu es krim di Haagen-Dazs. Menu pertama ia buat kombinasinya dengan brownies; sdangkan menu kedua berupa campuran es krim strawberry dengan sorbet rasa strawberry, sedikit gula, water soda, lemon liquid. Hasilnya, mak nyuusss…
Sesi terakhir adalah lomba menata es krim menjadi terlihat semenarik mungkin dari bahan-bahan yang disediakan. Bahan-bahan yang diberikan panitia yaitu dua skup es krim, lembaran omelet, buah pisang yang sudah dipotong-potong empat biji, irisan kacang almond, dua potong buah strawberry. Wah, jujur deh, saya ini tukang makan, bukan tukang masak, jadi tatanan es krim yang saya buat nggak ada bagus-bagusnya, ha ha ha :D.
Acara pun ditutup dengan pembagian goodie bag dan berfoto bersama. Seru, deh. Kalau ada acara komunitas semacam ini lagi, jangan lupa kabar-kabari ya, Intisari :). ***
One Comment Add yours