Tahun 2016 kemarin, liburan lebaran bareng keluarga saya habiskan dengan merawat ayah tercinta di rumah. Waktu itu beliau baru selesai dirawat dari rumah sakit akibat terkena diabetes. Kami hanya berkunjung ke rumah pakde (kakak kandung ayah saya) dan saudara-saudara yang tinggal di kota yang sama.

Namun, pada liburan tahun baru 2017, ada kejutan yang tidak disangka-sangka. Ibu tiri mengajak saya ikut berlibur bersama ayah, kakak kandung, kakak tiri dan cucunya ibu ke Pulau Dewata. Mungkin saja ibu tiri baru memenangkan proyek, jadinya beliau ingin berbagi rejeki kepada kami semua. Padahal waktu itu saya baru kembali bekerja setelah lima bulan menganggur. Tentu saja gaji saya belum mencukupi untuk berlibur tahun baru, apalagi harga tiket dan penginapan biasanya melonjak pada musim-musim liburan. Ditawarin liburan gratis, siapa yang nggak nolak, he he…
Berhubung saya masih ada keperluan, saya baru bisa berangkat tanggal 31 Desember berdua bareng kakak kandung saya, yaitu hari Sabtu pagi. Sementara ayah kandung, ibu tiri dan anak cucunya sudah duluan berangkat sehari sebelumnya.
Sabtu, 31 Desember 2016

Sesampainya di Ngurah Rai, kami langsung menuju penginapan yang terletak di Kuta dengan menggunakan taksi online. Tetapi, saya baru tahu setelah diberitahukan oleh sang pengemudi bahwa layanan taksi online sebenarnya tidak boleh beroperasi di bandara. Jadi, sang pengemudi dan mobilnya menunggu agak jauh dari terminal, dan kami harus bergegas pergi.

Hotel yang kami inapi, yaitu Mercure, terletak persis di pinggir jalan yang bersisian dengan pantai. Ini mah namanya surga dunia, he he… Saya bisa seharian menghabiskan waktu menikmati sunset di pantai Kuta ketimbang hang out di Hard Rock Café yang tiket masuknya saja seharga Rp 300 ribu per orang! Buset, dah, mentang-mentang tahun baruan, pengunjung di-charged biaya tiket, padahal setahu saya untuk masuk Hard Rock Café di kota mana pun nggak perlu pakai tiket masuk segala. Mungkin pemberlakuan tiket masuk itu juga mengantisipasi dan menyaring pengunjung yang masuk, agar terhindar dari serangan teroris.

Lagipula, daripada mendengarkan musik jedak-jeduk yang bikin sakit kepala, lebih baik saya menepi ke pantai dan mendengar debur ombak di lautan. Wihiy… sok romantis banget yah ;p. Tapi, berhubung juga namanya New Year’s Eve alias Malam Tahun Baru, pantainya sejak sore hari sudah dipadati pengunjung, apalagi menjelang tengah malam. Saya bersama kakak kandung serta kakak tiri menikmati kembang api yang silih berganti menerangi gelapnya langit Kuta pada malam itu. Tidak lupa para pecalang atau polisi adat Bali berseliweran di setiap ruas jalan lengkap dengan kostum khasnya mengenakan sarung kotak-kotak khas Bali dan semacam topi blangkon di kepala.

Oya, sebelumnya kami sekeluarga sempat menikmati makan malam di sebuah tempat makan hanya beberapa meter dari hotel. Saya nggak tahu bagaimana menyebutnya, karena di tempat itu terdapat berbagai macam kedai makan yang dikumpulkan dalam sebuah bangunan. Yang penting bagi kami sih, makanan tersebut halal dan toyyib alias aman dikonsumsi.
Minggu, 1 Januari 2017
Hari pertama di tahun baru !! Dengan semangat baru, kami mengunjungi Tanjung Benoa untuk menikmati wisata air. Tanjung Benoa terletak di kabupaten Badung, sebelah selatan Kuta, dan untuk mencapainya (dengan lalu lintas yang padat pada hari pertama tahun baru itu) membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua jam!

Saya nggak berani mencoba wisata air-nya, soalnya takut kelelahan padahal Senin pagi saya sudah harus kembali ke Jakarta (karena hari Selasanya sudah harus ngantor, hiks…☹). Selain itu, satu-satunya tiket yang tersisa untuk pulang dengan harga lumayan murah yah tanggal 2 Januari pagi buta dengan maskapai low cost. Tapi kakak tiri saya sempat mencoba snorkeling, karena ia masih stay di Bali hingga tanggal 4 Januari. Begitu pula dengan ibu tiri, ayah dan kakak kandung saya.

Walaupun begitu, kami sekeluarga beramai-ramai menggunakan speedy boat untuk menyeberang ke Pulau Penyu, tempat penangkaran penyu dan satwa lainnya khas Bali seperti burung jalak Bali. Ada juga burung hantu, iguana, ular… asalkan punya nyali besar saja untuk berfoto bersama hewan-hewan ini, he he he.
Di Pulau Penyu, kami menyantap makan siang yang tersedia di satu-satunya restoran di pulau itu dengan dominasi menu sea food, seperti ikan bakar, udang bakar, sup ikan… sampai mblenger iwak, deh. Lagi-lagi, yang penting kan makanan yang kami lahap halal dan toyyib 😉.
Kembali ke Kuta, kami baru sampai di hotel sekitar jam 6 sore dan badan sudah lelah rasanya. Akan tetapi saya merasa senang dan puas karena keinginan untuk liburan tahun baru kesampaian juga akhirnya 😊.

Selanjutnya sih, suatu hari saya ingin berlibur bareng keluarga menikmati paket-paket tour wisata yang halal, seperti yang ditawarkan Cheria Halal Holiday. Paket Tour Wisata Halal ke Bangkok sepertinya boleh juga dicoba, karena Bangkok itu surganya makanan (dan belanja) yang murah-meriah. Pastinya, di antara berbagai godaan makanan khas Thailand, kami tetap memilih menu yang halal dong, agar liburan tetap terasa barokah.
Simak juga video liburan tahun baru 2017 saya bersama keluarga di sini ya:
Bagaimana dengan cerita liburan lebaran atau akhir tahun kalian? ***
Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba menulis artikel Cheria Halal Holiday, Cheria Wisata Tour Travel Halal Terlengkap di Indonesia.
Senangnya jalan2 bersama keluarga. Kumpul2 seru, hihihi. Aku jg pengen ke Bangkok lagi, makanan&wisatanya juara.
Aku malah belum pernah ke Bangkok (normal yach 😁)
Aku malah blm pernah ke Bali, abnormal x y, haha
Nga sengaja nemu blognya dina… ihhh keren banget. Tadi baca yang ICD terus trik jalan2 hemat ngeropah…
Keren euy…. ditunggu terus ya tulisannya
Maacih, masih beginner koq 😊
asyeek Bali. Tanjung Benoa gagal dijelajahi karena mepet waktu.
huhuhu
Insya Allah Siti bisa mampir ke sana, aamiin..
Iyaa… Di Bali emang ga pernah habis untuk liburan. Selalu ada tempat makan dan tujuan wisata baru untuk dikunjungi. Tapi entah kenapa kayaknya Bali jadi semakin panas pas datang ke sana bulan Maret.
Oya? Mungkin karena sudah menjelang musim kemarau..